Atas dasar kata-kata tersebut maka tiada kata lain bagi para mahasiswa jikalau ada sesuatu hal yang bukan pada tempatnya, maka mahasiswa selaku agent of social control harus mampu melawan segala penindasan tersebut.
Penindasan saat ini tidak hanya berbentuk kekerasan akan kondisi fisik. Akan tetapi secara moral kita telah tertindas, baik budaya hedonism, pemuja narkoba, penganut budaya barat sampai lunturnya NASIONALISME. Kemana semangat mahasiswa selaku bagian dari pemuda? Dimana pameo klasik menyebutkan bahwasanya pemuda adalah tulang punggung Negara. Ataukah ini pertanda tulang punggung Negara sudah mengalami osteoporosis moral? Tentunya kita tidak ingin semua itu terjadi.
“ANAK MUDA INDONESIA SAAT INI LEBIH SUKA BENDERA RASTA (JAMAICA) BERKIBAR DARIPADA BENDERA MERAH PUTIH” penggalan puisi dari Ratnadi.
Nasionalisme pudar berawal ketika ibu pertiwi semakin memanjakan anak negeri dengan kecanggihan teknologi, sehingga anak negeri penganut budaya barat yang hedonism semakin brutal. Sarapan bubur setiap pagi yang disodorkan ibu pertiwi berganti racun berbentuk narkoba. Secara tidak sadar pertahanan Negara tergoyang, dengan agresi terhadap perusakan moral kepada generasi bangsa. Anehnya mahasiswa yang mengaku sebagai agent of social control justru menjadi sasaran empuk oleh agresi dari budaya barat. Seolah-olah mahasiswa termakan omongannya sendiri, dimana agent of social control semakin tak terkontrol akan perusakan moral yang terjadi dalam dirinya.
Mahasiswa terlena akan segala hal yang berbau instant, pendidikan hanya sebagai investasi jangka panjang dan bukan proses pencarian terhadap ilmu. Ingin jadi sarjana tapi malas belajar, ingin jadi pengusaha tapi malas berusaha, ingin jadi tentara ataupun polisi tapi malas mengikuti tes. Inginnya langsung dapat gelar sarjana, langsung kaya, jabatan langsung punya. Pembelajaran korupsi berasal dari pembelajaran berorganisasi di kampus-kampus. Pemikiran (mending bayar sekian-sekian tapi langsung tepat tujuan, tanpa melalui proses pembelajaran yang membangun mental kita terhadap pandewasaan cara berfikir, bekerja, berorganisasi atau yang lainnya ) sudah mendarah daging kepada seluruh generasi (pemuda) masa depan. Lantas apa yang dilakukan mahasiswa akan hal ini? Langkahnya harus jelas, konsep yang dimiliki haruslah lebih matang. Budaya-budaya yang selama ini dinilai kurang cocok harus segera di tinggalkan. Konsep berorganisasi mahasiswa harus lebih ditekankan terhadap politik nilai.
Ke depan mahasiswa mampu menangkis segala serangan yang dilakukan bangsa asing, baik serangan moral, mental ataupun secara fisik. Mahasiswa harus rela meninggalkan kegemarannya selama ini yang bersifat hedonis dan hura-hura belaka. Rasa nasionalis harus timbul dalam diri mahasiswa, sebagai kaum intelektual bangsa dan Negara ini. Nasib bangsa ada di tangan kita bagaimana kita di era modern ini mempertahankan kemerdekaannya? Tentunya dengan pengembangan keilmuan dan mental sebagai benteng Negara. Mahasiswa selalu terdepan dalam penanaman idealisme dan doktrin nasionalisme.
Jangan sampai kita bercerita kepada anak cucu kita, bahwasanya “dulu… dulu…. Nak pernah ada Negara
OLEH :
MOCHAMMAD SOLEH
KETUA DPM UNIVERSITAS TRUNOJOYO
PERIODE 2008-2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar